-->

Pesantren Attahdzib

Pesantren Attahdzib

MENCARI POTENSI MEDIA INFORMASI SANTRI

MENCARI POTENSI MEDIA INFORMASI SANTRI 
Pesantren Attahdzib (PA) Jombang

Masjid Pesantren Attahdzib (PA) Jombang

“Kapan balik pondok?”. Sebuah pertanyaan yang pasti menyelimuti para santri.
Wajar memang, 2 bulan sudah asrama pesantren sepi karena ditinggal pulang mayoritas penghuni ke kampung halamannya sendiri-sendiri.
Bosan pun terjadi, dan itu bukan hanya dialami oleh para santri, tapi juga oleh mayoritas penduduk di negeri ini.
Aktifitas sehari-hari yang ikut berubah karena adanya pandemi. Kebijakan kerja dari rumah (WFH/work from home) sebagai contohnya. Tapi tidak bagi semua pekerja, sebut saja petani yang masih harus ke sawah karena tak mungkin mencangkul dilakukan via online, atau mungkin para buruh yang masih harus ke pabrik (bahkan saat hari Raya). Kaum buruh pun kini sepertinya juga sudah banayk yang WFH dengan tanpa gaji, alias di-PHK.
Kok malah bahas ini ya?. Okelah, kembali ke lingkup santri Attahdzib. Anggap saja tadi hidangan pembuka dengan menu kesusahan para orang tua dan pekerja saat ini.
Tahun ini memang rasanya berbeda jauh dengan tahun-tahun kemarin, dan memang ini efek dari adanya pandemi ini. Seperti pulang sebelum dilaksanakannya imtihan, dan tetap sekolah di bulan ramadhan meski dengan jalur online.
Sekolah online?. Efektif jelas tidak, ribet iya....hehehehe 
Tapi mau bagaimana lagi? Daripada tidak sama sekali kan ya? 
Semuanya serba online, dikala pandemi ini kontribusinya semakin besar seperti ngaji online yang disiarkan langsung di sosial media. Tapi tetap jangan lupa dengan bahayanya yang juga semakin besar seperti hoax yang semakin mudah berkembang.
Baru-baru ini dikalangan para santri Attahdzib dihebohkan dengan screen shot WhatsApptentang info diperbolehkan kembali ke pesantren tanggal 15 Juni 2020 dan disertai keterangan dari keamanan pesantren. 
Lucu memang, karena beberapa hari sebelum hoax itu menyebar telah diumumkan oleh Infokom Pesantren Attahdzib melalui sosial media resminya bahwa pengurus belum bisa memberikan kepastian diperbolehkannya santri kembali ke pesantren.
Aneh dan agak masuk akal, kok bisa begitu?
Aneh karena masih banyak yang langsung mempercayai dengan share sana-sini screen shot yang tidak jelas kevalidannya padahal sudah diberikan info oleh pengurus pesantren secara resmi melalui sosial media. 
Lalu dibilang agak masuk akal karena adanya wacana new normal di negeri ini, ditambah kerinduan yang terpendam karena belum bisa kembali ke penjara suci.
Permasalahan ini tak perlu dibesar-besarkan, anggap saja sebagai pelajaran, toh pengurus sudah mengklarifikasi tentang hal tersebut adalah palsu, dan pembuatnya pun sudah meminta maaf.
Untung infokom pesantren cepat tanggap dan punya sosial media. Coba bayangkan jika infokom masih kolot tanpa sosial media, memberi informasi hanya lewat  SMS yang kadang membuat HP agak error karena mengirim SMS ribuan secara serentak.
Itupun tingkat objektifnya kurang meyakinkan, nomor yang ditujupun belum tentu aktif semua, dan banyak pihak yang membutuhka informasi justru tak mendapat SMS karena nomornya tidak tersimpan.
Kalau dengan sosial media kan enak, gak ribet dan lebih objektif, tinggal share ke publik sudah. Yang penting sudah ikuti akun sosial media resmi milik infokom pesantren dan menyalakan notifikasinya.
Pesantren pun dapat lebih mudah untuk mempromosikan dan dikenal tanpa perlu susah-susah bayar ke koran, TV, ataupun radio untuk diliput. Cukup dengan sosial media saja pesantren bisa memperkenalkan diri,  kini dapat mempunyai media sendiri tanpa perlu mahal-mahal.
Media rssmi yang dikelola oleh Infokom Pesantren itu apa saja sih? Facebook, twitter, instagram, youtube. Itu mungkin sosial media yang dimiliki oleh infokom pesantren Attahdzib.
Blogspot juga ada. Ya, tempat anda membaca ini, meskipun habis mati suri. Hehehehe....
Pertanyaannya sekarang adalah, kita sudah ikuti akun resmi yang dikelola infokom pesantren belum?
Sedikit berbagi cerita, saya (penulis) dulu saat kursus di suatu lembaga ketika akan mengambil sertifikat ada persyaratan unik. Syaratnya cukup mudah, harus login akun google dan memberikan tanggapan tentang tempat kursus itu.
Seandainya ini diadopsi di pesantren Attahdzib, akun facebook resmi pesantren atau halamannya diikuti (disukai)  dan postingannya dibagikan, akun twitter dan akun instagram juga demikian, channel youtube di subscribe dan terus menjadi viewer yang menyukai video, memberikan komentar dan juga membagikan. Blogspot rajin dikunjungi dan juga dibaca lalu dibagikan. Dan kalau perlu juga memberikan tanggapan terkait pesantren Attahdzib di google.
Jika hal diatas ini terjadi, simbiosis mutualisme pun terjadi. Kita selaku konsumen selalu mendapatkan info dan wawasan dari akun-akun tersebut, dan disisi lain pesantren menjadi dikenal lebih luas lagi tanpa pengeluaran yang banyak. 
Bukan hanya lebih dikenal, pemasukan pun juga menambah dari sisi ini karena adanya pihak yang menaruh sponsor di media milik pesantren. Kan aneh mengharapkan pemasukan dari sponsor tapi medianya gak ada yang melihat.
Jumlah konsumen media harus sesuai dengan isi dari media itu sendiri, kalau isi media membosankan bahkan dibilang “hidup tak segan, mati tak mau” karena jarang dan atau tidak pernah update. Bagaimana media itu mau maju?
Semoga infokom pesantren Attahdzib terus memberikan kita wawasan dan informasi dengan meningkatkan kreatifitas sehingga berkembang menjadi lebih baik lagi.
Dan yang terakhir, jangan lupakan dan meninggalkan belajar di dunia nyata, bukan hanya sibuk di dunia maya. Apalah artinya kita memperkenalkan pesantren di media dengan baik, tapi kualitas yang ada dilapangan terus menurun drastis.
Terulah berikan yang terbaik untuk pesantren, nanti kalau juara (apalagi juara tingkat nasional/internasional) media-media besar bisa datang tanpa diundang, alias GRATIS...

Related Posts

Subscribe Our Newsletter