Arti setoran hafalan
Menjelang
berakhirnya semester akhir di pesantren Attahdzib, para santri sudah mulai
meningkatkan intensitas belajar guna menyongsong imtihan akhir yang nantinya
akan dilaksanakan sekitar sebulan lagi. Diantara para santri ada yang mengaji
tambahan, dan masih ada juga yang masih fokus hafalan yang menjadi wajib
setoran.
Masa-masa
seperti saat ini seharusnya tak lagi dijadikan sebagai masa fokus kebut
hafalan, karena waktu yang telah diberikan oleh pengurus pesantren untuk
setoran hafalan telah dimulai sejak awal semester satu. Mungkin karena karakter
manusiawi khas Indonesia ditambah karakter kaum nahdliyin yang melekat,
sehingga para santri terlalu santai dan molor dalam berbagai kegiatan, termasuk
diantaranya setoran hafalan.
Kenyataan
diatas ini bukan berarti berlaku bagi semua santri, tentu masih banyak para
santri yang tepat waktu dalam melaksanakan kegiatannya, sehingga mereka dapat
memaksimalkan waktu guna menyongsong imtihan akhir nanti.
Suatu
pedoman yang terus berhembus dan berjalan di benak para santri bahwa “barang
siapa yang setoran hafalan, maka ia akan naik kelas”. Pandangan seperti ini bukan hanya terjadi di
tahun ini saja, tapi sudah terjadi sejak dulu. Lalu benarkah pedoman yang
beredar di kalangan para santri ini?
Apabila
kita melihat kenyataan yang ada dengan cermat, maka kita dapat mengetahui bahwa
aspek penentu kenaikan kelas bukan hanya setoran hafalan saja, tapi kenaikan
kelas dilihat dari beberapa aspek seperti kepedulian santri, akhlaq santri, dan
lain-lain.
Dikatakan
oleh Agus Muhammad Nabhani bahwa “setoran (hafalan) bukan menjadi syarat santri
dikatakan cerdas, tetapi setoran (hafalan) merupakan bentuk keseriusan dalam
belajar dan ketaaatan santri terhadap peraturan pesantren”.
Setoran
sebagai bentuk keseriusan dalam belajar, maknanya adalah ketika santri tersebut
ingin ngajinya naik kelas, maka ia harus setoran. Lalu apakah berarti setoran
itu sebagai syarat naik kelas?
Seperti
yang telah dijelaskan diatas, bahwa pedoman tentang “barang siapa yang setoran
hafalan, maka ia akan naik kelas” adalah salah kaprah, nyatanya ada santri
meskipun ia sudah setoran tapi tetap tidak naik kelas. Begitu pula sebaliknya,
ada santri meskipun ia tidak setoran tapi tetap naik kelas.
Santri
itu ada yang ada yang kemampuan kecerdasannya lebih serta serius dalam belajar,
ada pula santri kemampuan kecerdasannya lebih namun kurang serius dalam belajar,
ada pula santri yang kemampuan kecerdasannya kurang namun serius dalam belajar,
dan banyak pula sangtri yang kemampuan kecerdasannya kurang serta kurang serius
dalam belajar.
Oleh
karena itulah, guna melihat bagaimana kesungguhan dan keseriusan santri dalam
belajar, maka menjadikan setoran hafalan sebagai barometernya adalah kebijakan
yang tepat.
Setoran
sebagai bentuk ketaatan santri pada peraturan pesantren. Setoran hafalan merupakan
suatu peraturan yang dibuat oleh pengurus pesantren, ketika santri tersebut
mempunyai rasa taat peraturan, maka ia harus melaksanakan kewajiban itu.
Peraturan
pesantren dibuat dengan tujuan memberikan suatu kemanfaatan bagi para santri,
tidak ada satu pun peraturan pesantren yang disitu tidak berguna (tidak
bermanfaat) bagi kebutuhan santri. Termasuk setoran hafalan misalnya.
Dengan
setoran hafalan maka santri dapat berdisiplin, selain itu kinerja otak dapat
meningkat karena hafalan tersebut.
HAMMASAH. JamÃyyatut Tholabah Pesantren Attahdzib |